Ekonomi

Permintaan dari Timteng hingga China Tinggi, Harga CPO Makin Perkasa 

JAKARTA- Harga minyak kelapa sawit mentah atau crude palm Oil (CPO) pada perdagangan Selasa, 2 April 2019 makin perkasa. Bahkan, untuk acuan kontrak Juni di Bursa Derivatives Malaysia Exchange harga komoditas unggulan Malaysia dan Indonesia ini melesat hinngga 1,89 persen di posisi MYR 2.153/ton (US$ 527,3/ton). Pada perdagangan Senin, 1 April 2019 harga CPO juga naik 0,33 persen. 

Pelaku pasar terlihat bergairah dengan kenaikan harga CPO ini, dan ada optimisme terjadinya peningkatan permintaan yang kian tinggi.Dalam sepekan, harga CPO naik 0,98% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun harga komoditas agrikultur andalan Indonesia ini juga menguat 1,51%%.

Optimisme peningkatan ekspor minyak sawit Malaysia di bulan Maret masih menjadi sentimen utama yang mendorong harga CPO ke atas.

Kemarin, Intertek Testing Services (ITS) mengatakan bahwa pengiriman minyak sawit Malaysia pada bulan Maret meningkat 22,4% dibanding bulan sebelumnya. Senada, AmSpec Agri Malaysia juga mengumumkan peningkatan ekspor minyak sawit sebesar 22,9% pada bulan Maret.

Menyusul setelahnya, surveyor Societe Generale de Surveillance (SGS) juga melihat adanya kenaikan ekspor minyak sawit sebesar 28,1%

Berdasarkan data yang dirilis oleh ITS, peningkatan ekspor tersebut dapat terjadi lantaran adanya permintaan dari Timur Tengah, Afrika, dan China yang tumbuh.

Bila kabar tersebut dikonfirmasi oleh rilis data resmi oleh Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada tanggal 10 April mendatang, maka harga CPO berpeluang untuk kembali melesat.

Dengan meningkatnya ekspor, maka stok minyak sawit di Malaysia kemungkinan besar juga akan berkurang. Membuat keseimbangan fundamental dari sisi pasokan dapat menjadi lebih baik.

"Ekspor [minyak sawit] terlihat bagus, stok minyak sawit berpotensi untuk berkurang," ujar pelaku pasar yang berbasis di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.

Pasalnya pada tahun lalu, inventori minyak sawit Malaysia yang meluap membuat harga CPO terus tergerus. Berdasarkan data dari MPOB, stok minyak sawit Malaysia pada akhir tahun 2018 mencapai 3,21 juta ton yang merupakan paling tinggi sejak 2 dekade silam.

Memang, posisi terakhir stok minyak sawit Negeri Jiran (Februari 2019) telah berkurang hingga 3,04 juta ton. Namun masih lebih tinggi ketimbang posisi pada Februari 2018 yang sebesar 2,47 juta ton dan meningkat dari bulan Januari 2019 yang sebesar 3,00 juta ton.

Di lain sisi, harga minyak kedelai di bursa Chicago menguat 0,7% pada perdagangan kemarin yang mana ikut menarik harga CPO ke atas. Ini bisa terjadi karena minyak kedelai merupakan rival minyak sawit di pasar minyak nabati dunia. Alhasil pergerakan harga keduanya akan saling beriringan.

Perkembangan yang positif dari damai dagang AS-China kali ini ikut bermain perah. 

Pasca-dilakukannya perundingan dagang antara delegasi kedua negara pada Kamis-Jumat (28-29/3/2019) Departemen Agrikultur AS mengatakan bahwa China telah membeli 828.000 ton kedelai melalui eksportir swasta, seperti yang dilansir dari Reuters.

Pengumuman tersebut menjadi pertanda bahwa China akan membeli lebih banyak produk-produk agrikultur asal AS, termasuk kedelai.

Akan tetapi perlu diwaspadai apabila China membeli lebih banyak kedelai, maka kemungkinan permintaan minyak sawit dari China juga bisa berkurang. Sebab minyak kedelai merupakan substitusi yang hampir sempurna dari minyak sawit.


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar